Kutitipkan Jejak Kaki di Gunung Bromo


Di Cemoro Lawang

Di Cemoro Lawang

Siang itu aku tiba di Cemoro Lawang. Dari tempat ini kulayangkan mataku jauh ke depan sana. Lautan pasir luas terhampar yang berujung pada dua buah gunung, Batok di sebelah kanan dan Bromo di sebelah kiri. Aku biarkan mataku berlama-lama memandang keindahan yang terpampang di depanku. Dan tak lupa kutitipkan jejak kakiku di Cemoro Lawang yang dingin ini.

Berawal dari sebuah tiket promo dari sebuah maskapai penerbangan yang aku beli tahun 2012 lalu dengan harga 60 ribu rupiah untuk tujuan Jakarta – Surabaya pulang pergi, aku pun memanfaatkannya untuk mendatangi destinasi wisata di Jawa Timur. Semula aku merencanakan untuk pergi ke Pulau Bawean di Laut Jawa yang berada dalam wilayah Gresik. Namun karena informasi yang aku dapatkan tentang pulau tersebut masih minim, aku pun mengalihkan tujuan ke Bromo.

Senin malam, 11 Maret 2013 aku berkemas-kemas untuk keberangkatan pesawat Selasa subuh. Sebuah informasi yang kubaca dari Kompas memberitakan bahwa jalur ke Bromo dari arah Wonokitri, Pasuruan ditutup sehubungan peringatan Nyepi. Aku pun sempat bimbang, apakah akan tetap ke Bromo atau mengalihkan tujuan ke tempat lain. Aku putuskan tetap ke Bromo melalui jalur Probolinggo, dengan berharap jalur tersebut tetap dibuka.

Selasa dini hari, aku mengendarai sepeda motor dari Tangerang menuju Bandara Soekarno Hatta (yang sebenarnya juga masih masuk wilayah Tangerang). Jam 01.40 aku tiba di bandara dan tidur sebentar di bangku yang ada di beranda Terminal 3 sambil menunggu pintu check in dibuka. Tampak beberapa calon penumpang lain juga sedang menunggu saat itu. Penerbangan Mandala dari Jakarta – Surabaya jam 04.15 adalah yang paling awal dari seluruh penerbangan semua maskapai yang diberangkatkan dari Terminal 3.

Setelah check in dan menunggu beberapa saat, maka sekitar jam 04.15 pesawat pun berangkat. Aku manfaatkan waktu yang ada untuk tidur kembali di dalam pesawat. Dan beberapa menit sebelum sampai di Juanda, aku terbangun. Aku lihat ke luar jendela, hari sudah mulai pagi. Aku ambil kamera dan kubidikkan menuju barisan pegunungan dengan cahaya fajar yang sudah bersinar. Dan sekitar jam 05.30, pesawat pun mendarat di Juanda, Surabaya.

Menuju Surabaya

Menuju Surabaya

Dari Juanda aku naik bus Damri menuju terminal Bungurasih, dan dilanjutkan dengan bus jurusan Banyuwangi untuk turun di terminal Bayuangga di Porbolinggo. Jam 9 pagi bus tiba di terminal Probolinggo. Setelah menunggu hampir sejam, dari Probolinggo perjalanan dilanjutkan dengan mobil carter yang dinamakan Bison menuju Cemoro Lawang. Sempat aku bertanya kepada sopir, apakah jalur ke Bromo ditutup hari itu dan ia menjawab jalur dari Probolinggo tetap dibuka. Jam 11 siang aku tiba di Cemoro Lawang dan selanjutnya dengan bantuan sopir Bison mencari penginapan yang ada di tempat tersebut.

Setelah menitipkan tas di penginapan di Cemoro Lawang, aku pun berjalan kaki melihat pemandangan di sekitar tempat tersebut. Kebetulan memang dari siang sampai malam adalah acara bebas, karena berangkat ke Pananjakan dan Bromo baru akan dilakukan keesokan harinya. Di salah tempat di Cemoro Lawang siang itu, aku pun menemukan pemandangan yang menakjubkan. Aku melihat lautan pasir luas terhampar yang kemudian berujung pada dua buah gunung, Batok di sebelah kanan dan Bromo di sebelah kiri. Wow, indah sekali.

Gunung Batok dan Bromo

Gunung Batok dan Bromo

Keesokan harinya, Rabu jam 4 pagi aku dan beberapa orang lainnya berangkat menuju Pananjakan untuk melihat sunrise. Udara sangat dingin saat itu, sampai-sampai aku harus mengenakan baju rangkap dua dan ditambah jaket rangkap tiga. Berangkat dengan jeep, dan tiba di Pananjakan sekitar jam 04.30. Setelah menunggu beberapa saat di tengah suhu udara yang membuat tubuh menggigil, akhirnya aku pun menyaksikan indahnya matahari terbit dari Pananjakan. Saat hari mulai terang, aku bisa menyaksikan Gunung Bromo dan Gunung Batok yang bersebelahan, sementara di belakang sana berdiri Gunung Semeru yang begitu perkasa. Memang Pananjakan adalah tempat favorit untuk melihat keindahan ketiga gunung tersebut.

Bromo - Batok - Semeru

Bromo – Batok – Semeru

Sekitar jam 6 pagi, kami turun menuju Bromo. Jeep berhenti di salah satu tempat, dan perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Sebenarnya bisa juga menyewa kuda untuk naik ke Bromo, namun saat itu aku memilih untuk jalan kaki. Selama perjalanan, tak henti-hentinya para penyewa kuda merayu pengunjung untuk naik kuda. Perjalanan melalui hamparan pasir yang datar, kemudian berganti melalui bukit pasir yang mulai menanjak. Nafasku mulai tersengal, namun aku tetap berjalan kaki dan menolak bujukan para penyewa kuda.

Kuda Sewaan

Kuda Sewaan

Tiba di kaki Bromo, pengunjung harus berjalan naik melalu beberapa anak tangga menuju puncak atau kawah. Beberapa kali aku terpaksa berhenti beristirahat dan mengatur nafas. Rupanya faktor U (usia) tidak bisa dibohongi, selain faktor P (perut) yang memang menambah berat perjuangan menuju atas. Rasa lelah dan nafas yang terengah, akhirnya berganti dengan kegembiraan ketika sampai di puncak Bromo.

Kawah Bromo

Kawah Bromo

Puas menikmati pemandangan di tepi kawah, aku pun turun menuju tempat parkir jeep. Perjalanan dilanjutkan menuju savana atau padang rumput yang berada di balik Bromo dari tempat jeep tersebut. Sekitar 10 menit berjalan memutari Bromo, akhirnya sampai di savana luas yang hijau menyegarkan mata. Angin yang sepoi pun menambah kesegaran suasana.

Savana Bromo

Savana Bromo

Dari savana, perjalanan dilanjutkan menuju sebuah tempat yang dinamakan Pasir Berbisik. Dinamakan demikian karena tempat ini pernah dipakai untuk syuting film berjudul Pasir Berbisik yang dibintangi Christine Hakim. Butuh waktu tak sampai 5 menit menuju ke Pasir Berbisik. Di tempat ini, lautan pasir terhampar luas. Di ujung sana, tampak Bromo dan Batok berdiri bersebelahan. Pasir Berbisik menjadi tempat kunjungan terakhir hari itu, dan kami menuju ke penginapan di Cemoro Lawang untuk selanjutnya turun menuju Probolinggo.

Pasir Berbisik

Pasir Berbisik

Inilah cerita saat kunjungan singkatku ke Bromo. Sebuah keindahan yang membuatku bangga dengan kekayaan tanah airku!